(02/06) Pernahkah kita pernah terpikir “ Apa yang dapat kita lakukan untuk kelautan Indonesia?” . Jawabannya dengan melakukan penelitian adalah salah satu bentuk sikap menginternasional namun berbuat lokal. Apa maksudnya? Dimulai dengan meneliti sumber daya alam di sekitar kita terutama mengenai flora dan fauna laut khususnya di Pantai bagian selatan,Yogyakarta, Kelompok Studi Kelautan Fakultas Biologi UGM dapat mempublikasikan hasil penelitiannya didalam sebuah seminar baik lokal maupun internasional.
Sudah tak asing lagi bagi Kelompok Studi Kelautan mengadakan Seminar Internal, seminar yang diadakan ini tak lain untuk lebih mengasah kemampuan meneliti dan mempublikasikan hasil penelitian para anggota KSK dan ajang unjuk diri. Seminar ini cukup diapresiasi dengan datangnya para anggota tak kurang dari 50 peserta di ruang kuliah I Fakultas Biologi UGM. Diharapkan melalui kegiatan rutin ini dapat menyulut semangat anggota KSK lainnya untuk berlomba-lomba menjaga kelautan Indonesia melalui bidang penelitian.
Keynote speaker pada acara seminar internal ini tak lain yaitu Matin Nuhamunada (DXI), mahasiswa angkatan 2010 ini merupakan Ketua Umum KSK Biogama periode ini. Nuha, panggilan akrabnya memaparkan mengenai “ Peranan Lamun di dalam Ekosistem Laut”, dalam presentasinya ia mengungkapkan bahwa keberadaan lamun sangat penting sebagai sumber nutrisi, pelindung fauna laut dari predator, penahan sedimen dan masih banyak lagi. Dan ternyata Pantai di Gunung Kidul tidak memiliki biodiversitas lamun yang tinggi akibat pengaruh faktor lingkungan berupa ombak yang besar sehingga memperkecil kemungkinan lamun dapat tumbuh di sana. Jenis lamun hingga tingkat spesies sangat sedikit, namun di Indonesia dapat ditemukan jenis lamun yang cukup lengkap. So, konservasi lamun sangat diperlukan mengingat peranannya di dalam lautan yang cukup besar.
Pratya S. Herawati (DXI) tak mau kalah, ia juga mempresentasikan mengenai Pandanus tectorius , tumbuhan ini sering ditemukan di daerah pinggir pantai. Ciri khasnya bertulang daun sejajar, dengan tepi daun bergigi, buahnya berwarna orange cerah kecil membongkol seperti nanas. Ternyata tanaman ini mengandung antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas IC50, di dalam penelitiannya ternyata fraksi antioksidan di dalam daun Pandanus tectorius yang mampu menghambat radikal bebas di bandingkan pada bagian buahnya. Manfaat jangka panjangnya dapat dilakukan peningkatan nilai guna daun dan buah Pandanus tectorius sebagai salah satu sumber antioksidan sekunder yang murah dan aman sertan dapat membuka lapangan usaha baru berupa penyediaan obat antioksidan ketika kebutuhan pasar meningkat.
Selanjutnya Kresty Ary Yani KS (DXI) turut mempresentasikan mengenai pengaruh ukuran tubuh dengan kecepatan molting Udang Red Cherry (Neocaradina denticulata D.). Penelitian ini bermanfaat besar sebagai solusi alternatif untuk mendukung dasar pengembangan budidaya udang Red Cherry berupa pertumbuhan optimum ditinjau dari ukuran tubuh yang baik untuk proses molting. Pada hasilnya udang yang memiliki panjang tubuh 0,9 cm memiliki rerata kecepatan moulting tertinggi 6 hari. Dan pembiakan udang pada suhu 30 °C ternyata merupakan suhu optimum pembudidayaan udang jenis ini. Sehingga dapat diteliti lebih lanjut bahwa kecepatan moulting udang Red Cherry ini dipengaruhi oleh ukuran tubuhnya serta suhu.
Selvi Rahmawati (DXI) langsung mempresentasikan mengenai biodiversitas Algae di Pantai Sepanjang. Pantai ini merupakan pantai terpanjang di Gunung Kidul, dan Algae ini memiliki diversitas yang tinggi di bagian zona intertidal. Dengan metode sampling, dokumetasi, dan identifikasi di dapatkan bahwa ditemukan jenis Chlorophyta 7 spesies (Bornetela oligospora, Chaetomorpha sp. , Cladophora catenata, Cladophora sp., Borgesenia forbesii, Enteromorpha intestinalis, Ulva fasciata), Rhodophyta 5 spesies (Amphiroa rigida , Hypnea sp., Pterocladia pinnata, Gelidiella acerosa ) dan Phaeophyta 3 spesies (Turbinaria ornata, Padina minor ). Biodiversitas makroalgae ini dapat dipengaruhi oleh tipe substrat, temperature, salinitas, ombak, cahaya serta pengaruh manusia.
Penelitian KSK di daerah selain Yogyakarta juga ada yaitu mengenai Biodiversitas Moluska di Pantai Gili Genting Lombok Barat yang dipersentasikan oleh Muh. Zusron (DXII). Seperti kita tahu bahwa Moluska adalah hewan pemakan detritus dan lamun, ia juga dapat mensirkulasi air untuk mendapatkan makanan. Pantai Gili Genting ini dekat dengan jalur pembuangan limbah dari kegiatan penambangan emas, selain itu tumpahan minyak dari kapal dan polusi merkuri juga dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan mengakibatkan degradasi lamun di wilayah ini. Pada hasilnya menunjukkan bahwa penutupan lamun di pantai ini cukup rendah sekitar 30,53% saja, secara tidak langsung pun mempengaruhi keragaman dan kemelimpahan Moluska di Pantai Gili Genting yang juga dipicu oleh pembuangan limbah di sekitar daerah ini, padahal tercatat 19 spesies Gastropoda dan 5 spesies Bivalvia ditemukan dengan metode sea grass net monitoring.
Dari Kelas Keilmuan Pisces yang diwakili oleh Haikal Prima (DXII) memaparkan mengenai Biodiversitas Familia Ikan Intertidal di Zona Intertidal Pantai Drini pada tahun 2011 dan 2012. Menurutnya, dengan karakter pantai Drini yang unik dengan bermacam substrat diasumsikan diversitas Ikan Intertidal pun akan melimpah. Hasil dari penelitian ini didapatkan 15 familia ikan, menunjukkan bahwa kondisi ekosistem di Pantai Drini masih baik walaupun sudah digunakan sebagai obyek wisata dan Ikan koral kebanyakan ditemukan menunjukkan bahwa coral reef di Pantai Drini masih baik . Namun diperlukan monitoring keberlanjutan sebagai bentuk usaha konservasi mengingat ekosistem pantai ini dapat terancam dipicu dengan resmi dibukanya pantai ini sebagai obyek wisata.
Tak hanya Kelas Keilmuan Moluska yang memaparkan mengenai biota di Lombok Barat, Fibra Nuraeni (DXI) sebagai presenter terakhir memaparkan mengenai jenis-jenis Echinodermata di Pantai Gili Genting, Pantai Ela-Ela dan Pantai Gili Rengit didapatkan dari kelas Asteroidea ditemukan jenis spesies Protoreaster nodosus, Linckia laevigata, Acanthaster plancii, Nardoa tuberculata, Culcita Novaegiunea, Archaster typicus, Echinaster luzonicus. Kelas Crinoidea ditemukan spesies Capillaster sp., Comaster sp.). Kelas Echinoidea ditemukan spesies Diadema setosum, Echinometra mathaei, Echinothrix calamaris, Salmacis spharoides, Tripneustes gratilla. Kelas Holothuroidea ditemukan jenis spesies Bohadschia sp., Holothuria sp., Holothuria atra, H. hilla, H. pardalis, H. fuscogilva, Synapta maculate. Dari Kelas Ophiuroidea ditemukan spesies Ophiomastix annulosa, Ophiolepis sp., Macrophiothrix s., dan Ophiocoma erinaceus.
Sebegitu banyaknya bagian dari laut yang belum diteliti dan sebagian kecilnya terungkap manfaatnya bagi manusia. So, harus ragu apalagi? Ayo berlomba-lomba mengungkap rahasia kelautan! (Indira)