CPK (Catatan Perjalanan KSK) #2 : Kunjungan ke Yayasan Terangi (Terumbu Karang Indonesia)

8 Februari 2012. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan adanya relasi dan hubungan kerja sama. Dari hubungan bilateral ini aka didapat banyak sekali manfaat. Masing-masing organisasi dapat saling bekerja bersama dalam bentuk apapun, membuat proyek bersama, bertukar pikiran, dan saling berbagi ilmu. Oleh karena itu, organisasi yang baik dan sehat adalah organisasi yang memiliki relasi yang banyak dan memiliki hubungan yang baik dengan relasi – relasinya. Oleh karena itu, KSK (Kelompok Studi Kelautan) sebagai organisasi junior, perlu membangun link dengan organisasi yang lebih senior, khususnya dengan organisasi yang memiliki kajian yang sama. Nah pada kunjungan kali ini, tim berkunjung ke kantor Terangi yang bertempat di Komplek Liga Mas Indah, E II Pancoran, Jakarta Selatan.

Terangi merupakan Non-Profit Organization yang kajian nya meliputi upaya konservasi terumbu karang Indonesia. Yayasan ini didirikan sejak September 1999 oleh Jan Henning Steffen. Sebagai organisasi non profit. Terangi memiliki 6 aspek, yaitu sains, penyadaran masyarakat, pendidikan, pengelolaan terumbu karang, kebijakan, dokumentasi dan informasi. Berdasarkan 6 aspek tersebut, Terangi melakukan aksi dan kegiatan untuk menyelamatkan terumbu karang Indonesia.

Image

Perjuangan Terangi dimulai pada tahun 1999, dengan merintis penyadaran masyarakat dan riset akan bahayanya penggunaan sianida dan potassium untuk menangkap ikan di Kepulauan Seribu. Karena sianida bukan hanya berbahaya bagi ikan, tapi juga berbahaya untuk coral dan nelayan. Bahkan ada kasus nelayan yang menderita lumpuh dan kerusakan telinga karena terlalu banyak terkena sianida. Setelah tiga tahun kemudian, barulah perjuangan tersebut membuahkan hasil, masyarakat mulai sadar dan mulai meminati terumbu karang. Kemudian Yayasan Terangi mulai membidik ke pendidikan dan penyuluhan SDM secara langsung, seperti penyuluhan tentang ikan hias, karena ikan hias memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan penjualan ikan konsumsi, yaitu sekitar 2500 per ekor sedangkan ikan asin sekitar 2500 per kg.

Pada dasarnya standar internasional tidak bisa diterapkan langsung kepada masyakarat perairan Kepulauan Seribu. Akhirnya pada tahun 2004, pendekatan dirubah dengan memberikan penguatan pada kelompok masyarakat dengan strategi kesejahteraan di bidang ekonomi dan sosial. Kemudian pada tahun 2009, dilakukan penguatan kelompok masyarakat dengan membangun koperasi ramah lingkungan, yang menjadi penyalur hasil tangkapan nelayan dan simpan pinjam. Bantuan awal yang diberikan oleh Terangi berupa jaring dan aquarium. Kemudian di Kepulauan seribu akhirnya dikembangkan pendekatan proyek ekowisata dengan biaya 350 ribu sekali menyelam. “Pokoknya, kita mikir gimana caranya supaya masyarakat bisa dapet duit” ujar Safran Yusri sebagai narasumber kami yang menjabat sebagai Head of Knowledge Management Division. Sebelum tahun 2004, tidak ada ekowisata yang berbasis masyarakat di Kepulauan Seribu, yang ada hanya pembuatan Resosrt yang didukung oleh Pemerintah DKI Jakarta. Setelah adanya konsep ekowisata yang dikenalkan oleh Terangi, akhirnya pada tahun 2005 turis lokal mulai berdatangan ke Kepulauan Seribu. Pada tahun 2007, ekowisata terumbu karang ini booming, dan menjadi sangat sangat tenar pada tahun 2012.

Pendekatan yang selama ini dilakukan oleh Yayasan Terangi didasari aspek keuangan, kesetaraan gender, dan adat budaya. Untuk laki-laki diadakan pemberdayaan tentang skill pengelolaan ikan, terumbu karang, dan teknik kelautan di lapangan. Sedangkan untuk perempuan, diadakan pemberdayaan tentang pengelolaan keuanga keluarga. Kegiatan rutin yang selama ini telah dilakukan adalah pengelolaan Kepulauan Seribu, pemantauan populasi ikan hias setiap 2 tahun sekali, coral day, kualitas karang, benthos, lamun dan air. Data populasi ikan hias didapat dari bon yang ada di koperasi, berisi nama lokal ikan, jumlah, pembeli, tempat menjaring dan nelayan. Dari bon tersebut dapat diketahui dimana persebarannya ikan, kapan, spesies apa, pendapatan setiap nelayan berapa, dan data populasi ikan di Kepulauan Seribu. It was amazing !

Organisasi non-profit yang dipimpin oleh Mikael Prastowo didukung keuangan nya sejak awal oleh The David and Lucile Packard Foundation, Proyek Pesisir, RARE, PADI, MAC (Marine Aquarium Council), dan KEHATI (Keanekaragaman Hayati). Motto yang diangkat oleh Yayasan Terangi adalah “From science to sustainable use”. Gambar berikut ini adalah ikan karang yang khas di Kepulauan Seribu, ikan mandarin (Synchiropus splendidae).

Image

Image

Sebarkan terus tentakel KSK, Jaya selalu kelautan Indonesia, Jales Viva Jaya KSK !

Yayasan Terangi : terangi.or.id

%d bloggers like this: