Mama Mendit Menggandeng Alam

2015-04-04 07.29.42

          Pariwisata berbasis lingkungan mungkin sudah jamak di telinga awam. Jalan-jalan sambil mengenal alam, memahami, dan menyelaminya lebih dalam merupakan metode cerdas para pelancong dewasa ini. Selain mendapatkan kenikmatan alam, pelancong juga mendapatkan buah tangan berupa ilmu dan pengalaman yang tentu saja mengesankan. Hal inilah yang mendasari kemunculan program Mama Mendit.

Mama Mendit sendiri merupakan singkatan dari Manajemen Mangrove Pasir Mendit. Program yang diinisiasi oleh para pejuang Kelompok Studi Kelautan Biogama (KSK Biogama) ini telah berlangsung cukup lama. Terhitung sejak tahun 2000, setidaknya sudah dilakukan lima kali penanaman ulang mangrove (mangrove replant) di daerah Pasir Mendit, Kulonprogo, DIY.

2015-04-04 08.54.30

Gambar 1. Kegiatan mangrove monitoring oleh tim Mama Mendit.

            Menurut salah satu penggiat Mama Mendit, M. Irfan Izudin, program Mama Mendit ini sangatlah penting keberadaannya. Program yang disebutnya sebagai ecoedutourism ini akan menguntungkan berbagai pihak, mulai dari mahasiswa, warga sekitar Pasir Mendit, hingga pemerintah daerah yang tentunya dapat menjadi pundi-pundi pendapatan sebagai daerah wisata. Tidak hanya itu, adanya ecoedutourism sekaligus juga dapat menjadi ajang unjuk gigi kepedulian masyarakat untuk merawat Hutan Bakau Pasir Mendit.

2015-04-04 08.14.25

Gambar 3. Kegiatan monitoring mangrove.

            Program berkelanjutan KSK Biogama ini, pada tahun pertama berdiri dimulai dengan pembuatan Mini Mangrove Tracks (MMT), yaitu pembuatan jalan setapak di hutan mangrove yang berfungsi sebagai jalan setapak bagi pengunjung. Harapannya, pengunjung dapat terjun langsung ke dalam hutan dan mampu mengetahui jenis-jenis tanaman yang ada di hutan mangrove tersebut. Di tahun kedua, program ini berlanjut dengan dibuatnya Pusat Pengetahuan Mangrove, yaitu semacam posko dalam manajerial hutan mangrove. Posko ini ditujukan untuk warga sekitar Pasir Mendit agar memiliki kemampuan lebih dalam memasarkan ecoedutourism. Para warga sekitar Pasir Mendit diberdayakan untuk menjadi pemandu wisata dan mengenalkan daerahnya kepada para pelancong. Memasuki tahun ketiga, program Manajemen Mangrove Pasir Mendit (Mama Mendit) diinisiasi di wilayah ini. Dengan adanya program berkelanjutan ini, diiharapkan ke depannya dapat dihasilkan produk berupa peta ekologis untuk mengetahui persebaran mangrove di daerah Pasir Mendit. Program ini sejalan dengan keinginan Pemda Kulonprogo untuk menjadikan daerah Pasir Mendit sebagai pusat ekowisata. Hal ini merupakan angin segar bagi para pejuang Mama Mendit untuk terus berkomitmen menjadikan daerah Pasir Mendit sebagai tempat pariwisata berbasis lingkungan.

2015-04-04 08.23.56

Gambar 3. Pelatihan kepada masyarakat tentang ecoedutourism.

            Dalam perjalanannya, tentu saja program ini mengalami tak sedikit kendala. Menurut Naovi Nur Fadia Hanin, selaku ketua pelaksana program Mama Mendit, kendala utama adalah pendanaan. Sumber dana utama adalah dana hasil Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan DIKTI. Tentu saja, untuk merealisasikan Mama Mendit butuh sokongan dana jauh lebih besar. Selain itu, krisis sumber daya manusia (SDM) merupakan kendala yang tak dapat dipisahkan. Daerah Pasir Mendit belum memiliki banyak pemuda-pemudi energik yang bervisi sama, yakni memajukan ecoedutourism. Kalau pun ada, hanya sedikit dan didominasi oleh para sesepuh. Hal ini sungguh disayangkan.

Meskipun demikian, kendala bukanlah faktor penghambat untuk menghentikan langkah. Harapan besar dari pejuang Mama Mendit untuk mewujudkan daerah Pasir Mendit, Kulonprogo, DIY, sebagai daerah wisata berbasis lingkungan akan terus menjadi pelecut semangat. Menghadirkan Mendit yang selalu terjaga keasriannya dengan wisatawan banyak adalah harapan utama program ini. Untuk itu, semoga saja akan terus hadir para pejuang Mama Mendit yang menggandeng alam (Basith KA & Meilia P).

Penulis dapat dihubungi melalui:
Basith : basithkuncoroadji@yahoo.com
Meilia : meiliaprihartini@gmail.com
Photo courtesy: Titis Sukmaningrum.

%d bloggers like this: