(22/03/16) Micro Scientific Discussion (MicroSD) merupakan agenda diskusi KSK Biogama yang diadakan pada hari Kamis, 3 Maret 2016 yang bertempat di Selasar Barat Ruang Auditorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Diskusi tersebut dihadiri oleh anggota KSK Biogama, anggota Kelompok Studi Biologi (KSB) Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya, dan anggota dari Muslim Study Club BIOGAMA. Diskusi dimoderatori oleh Muhammad Azri (Angkatan Diklat XIV) dengan pembicara diskusi Amir Sidiq Kasan Pawiro, S.Si (Angkatan Diklat XII) yang memberi materi tentang “Peran Foraminifera dalam Eksplorasi Bahan Mineral Laut”. Amir Sidiq atau yang akrab disapa Mas Amir ini telah lama memiliki minat yang dalam dalam ilmu kebumian khususnya mikropaleontologi. Dari cabang ilmu biologi tersebut Mas Amir mendalami dan menyukai foraminifera. Beliau banyak menghabiskan waktu untuk mengamati dan mencari tahu tentang fosil yang akan diidentifikasi, bagaimana proses pemfosilannya, bagaimana dahulu organisme itu hidup, dan bagaimana lingkungan organisme itu hidup.
Foraminifera termasuk kedalam kingdom Protista dimana kelompok mikrofosil ini banyak dan melimpah pada zaman Cambrian (sekitar 2,5 miliar tahun lalu). “Pada zaman tersebut, planet bumi memiliki keanekaragaman spesies yang amat melimpah dimana zaman tersebut diberi nama The Explotions of Life”, kata Mas Amir. Maka tidak heran persebaran Foraminifera di bumi juga melimpah sampai sekarang, baik itu foraminifera yang hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Beliau juga menuturkan bahwa kemelimpahan dan keanekaragaman Foraminifera sangat tinggi dibelahan bumi bagian tropis dan cukup banyak di bagian subtropis. Hal tersebut dikarenakan foraminifera memiliki persyaratan untuk hidup yakni harus diwilayah perairan yang hangat, dan kaya sumber makanan. Oleh karena itu, Foraminifera mudah dijumpai di wilayah intertidal (shallow ocean). Namun ada juga kelompok foraminifera yang dijumpai di perairan dalam (deep ocean). Dengan lingkungan hidupnya yang berbeda maka bahan penyusun tubuh organisme ini berbeda pula. Foraminifera yang hidup di perairan laut dangkal (shallow ocean) memiliki bahan penyusun tubuh yakni Karbonatan (CaCO3) dan foraminifera yang hidup di perairan laut dalam (deep ocean) memiliki bahan penyusun tubuh yakni Silicatan (SiO2). Foraminifera sendiri memiliki fungsi di alam sebagai indikator kualitas perairan, kesehatan ekosistem terumbu karang, pergerakan lempeng bumi (continental drift), petunjuk eksplorasi minyak bumi, gas, dan bahan mineral lainnya. Tantangan dalam meneliti cabang ilmu mikropaleontologi ini adalah masih banyak organisme–organisme mikro yang telah mengalami pemfosilan yang belum diidentifikasi dan diinventarisasi, mengingat jumlahnya sangatlah banyak. Selain itu, peneliti yang menekuni bidang ilmu paleontologi pun sangatlah jarang. Di Indonesia sendiri, salah satu peneliti foraminifera adalah Dra. Kresna Tri Dewi, M.Sc dari Laboratorium Mikropaleontologi dan Petrologi Geologi Kelautan Bandung yang telah meneliti selama kurang lebih 30 tahun.
Dengan adanya MicroSD ini diharapkan anggota KSK Biogama dan masyarakat dapat memiliki pemikiran yang lebih terbuka mengenai peran foraminifera dan dapat mengeksplorasi kekayaan laut Indonesia dengan lebih bijak.