2nd MicroSD: Analisis Studi Fitoplankton, Ikan dan Terumbu Karang (Coral Reef) dengan pendekatan Penginderaan Jauh (Remote Sensing)

2nd MicroSD: Analisis Studi Fitoplankton, Ikan dan Terumbu Karang (Coral Reef) dengan pendekatan Penginderaan Jauh (Remote Sensing)
IMG_1815

Peserta diskusi 2nd MicroSD

Agenda Micro Sciencetific Discussion (MicroSD) yang kedua dilaksanakan pada hari Jumat, 13 Mei 2016 bertempat di Selasar Barat (Belakang Ruang Seminar) Fakultas Biologi, UGM. Agenda diskusi pada kali ini bertemakan Analisis Studi Fitoplankton, Ikan dan Terumbu Karang (Coral Reef) dengan pendekatan Penginderaan Jauh (Remote Sensing). Diskusi tersebut diikuti oleh anggota KSK Biogama dan turut mengundang tamu dari Keluarga Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Geografi UGM yaitu Mas Wikan, Mas Simon, dan Mas Aan. Diskusi ini membahas mengenai penggunaan aplikasi perangkat lunak Geographic Information System (GIS) atau sistem informasi geografis. GIS merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengelola (input, manajemen, dan output) data spasial atau data yang bereferensi geografis. Setiap data yang merujuk lokasi di permukaan bumi dapat disebut sebagai data spasial bereferensi geografis. Misalnya data kepadatan penduduk suatu daerah, data jaringan atau saluran, pemetaan sumber daya hayati seperti biota laut dan sebagainya. Pengaplikasian GIS sangat membantu peneliti Biologi dalam menganalisis daerah yang akan diteliti dan memetakan tempat dimana peneliti tersebut mengambil sampel.

IMG_1785

Peserta diskusi antusias dalam mengikuti diskusi

Menurut Mas Wikan, pada studi analisis seperti keanekaragaman, distribusi dan kemelimpahan fitoplankton atau mikroalga dapat menggunakan satelit yang dapat menangkap pantulan sinar hijau yang dipantulkan oleh klorofil fitoplankton atau mikroalga dan dapat dianalisis perkiraan kepadatannya di suatu perairan. GIS juga dapat menganalisis pola pergerakan ikan dari waktu ke waktu. Dari data analisis pola pergerakan ikan tersebut dapat dijadikan acuan untuk menentukan titik-titik penangkapan ikan yang baik dan mencegah adanya illegal fishing oleh negara lain. Tidak hanya itu, dengan analisis GIS kita dapat menentukan persen kesehatan dan mortalitas karang dari satelit. Dari data tersebut kita dapat memetakan wilayah mana saja yang harus dikonservasi atau tidak. Dari diskusi tersebut, disimpulkan bahwa analisis studi fitoplankton, ikan dan terumbu karang (coral reef) dapat menggunakan software berupa GIS, sehingga dapat mempermudah dalam memperoleh data dan menghemat waktu dan biaya. Dengan adanya diskusi ini, diharapkan wawasan anggota KSK semakin luas dan dapat lebih mengembangkan keilmuan secara multidisipliner.

Jales Viva, Jaya KSK!

%d bloggers like this: